Kepada Sebuah Nama

 Ini memang terinspirasi dari tema antologi ku di batch 31. Tapi ini bukan naskah yang aku submit 🥰


15 Mei 2022

Pagi itu, dia baru saja membaca pesan via whatsapp tentang tema naskah antologi batch 32 besok. Lebih tepatnya kebijakan naskah yang awalnya tentang anak perempuan penulis, kini boleh tentang cinta pertama penulis sebagai anak perempuan terhadap ayahnya. Dia pun tiba-tiba merasa terusik. Ibu dari 5 anak itu memiliki empat puteri, hanya anak pertama saja yang lelaki. Tapi cerita ini, bukan tentang mereka. Tapi tentang dirinya sendiri. Tentang cinta pertama dan sebuah nama. 

Kisah pun bermula. 

Seperti biasa, begitu bel pulang berdering Rhoz kecil yang masih kelas dua SD itu akan segera pulang dengan penuh semangat. Terkadang berlari sekencang mungkin agar segera sampai di rumah yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari sekolah. Dia tidak boleh terlambat, agar tidak ketinggalan acara favoritnya. 

Rumahnya yang sederhana itu memang selalu sepi jika dia pulang sekolah. Bapak dan emak pulang dari kebun biasanya sore. Tapi itu bukan masalah, dia bukan anak manja. Dia hanya akan melihat jam dinding untuk memastikan dirinya tidak ketinggalan sedikitpun. Dan seperti biasa, masih ada cukup waktu untuk mengambil posisi yang menurut dia nyaman. 

Diambilnya radio yang tergantung di tiang rumah kemudian dihidupkan setelah mencari frekuensi yang tepat. Jam 11 siang adalah waktu yang selalu dia tunggu. Acara yang selalu dinantikannya adalah sebuah sandiwara radio yang berjudul, "Getar-getar Manusia Pilihan". Rhoz kecil begitu terobsesi dengan tokoh utamanya. Mush'ab bin Umair. 

Tahun demi tahun berlalu, Rhoz kecil yang sudah beranjak remaja, menemukan buku kisah sahabat Rasulullah di Pondok Pesantren tempat dia menuntut ilmu. Dan nama itu ada di sana. Nama yang menimbulkan getaran aneh di dadanya. Nama yang sejak dulu begitu dekat di hati dan di memorinya. Dia pun membaca sebuah judul dengan sepenuh hati, "Mush'ab bin Umair, Duta Pertama Rasulullah di Madinah". Dan nama itu semakin istimewa di hatinya. 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Yang Baru

Memilih untuk Ikhlas